MENU

Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

CARA MEMBUAT BBM DARI SINGKONG

Sebagai alternatif pengganti bensin premium, Singkong dapat diolah menjadi bioethanol. Menurut Dr Ir Tatang H Soerawidjaja, dari Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB), singkong salah satu sumber pati. Pati senyawa karbohidrat kompleks. Sebelum difermentasi, pati diubah menjadi glukosa, karbohidrat yang lebih sederhana. Untuk mengurai pati, perlu bantuan cendawan Aspergillus sp. Cendawan itu menghasilkan enzim alfamilase dan gliikoamilase yang berperan mengurai pati menjadi glukosa alias gula sederhana. Setelah menjadi gula, baru difermentasi menjadi etanol.

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Kupas 125 kg singkong segar, semua jenis dapal dimanfaatkan. Bersihkan dan cacah berukuran kecil-kecil.

2. Keringkan singkong yang telah dicacah hingga kadar air maksimal 16%. Persis singkong yang dikeringkan menjadi gaplek. Tujuannya agar lebih awet sehingga produsen dapat menyimpan sebagai cadangan bahan baku


3.Masukkan 25 kg gaplek ke dalam tangki stainless si eel berkapasitas 120 liter, lalu tambahkan air hingga mencapai volume 100 liter. Panaskan gaplek hingga 100"C selama 0,5 jam. Aduk rebusan gaplek sampai menjadi bubur dan mengental.


4. Dinginkan bubur gaplek, lalu masukkan ke dalam langki sakarifikasi. Sakarifikasi adalah proses penguraian pati menjadi glukosa. Setelah dingin, masukkan cendawan Aspergillus yang akan memecah pati menjadi glukosa. Untuk menguraikan 100 liter bubur pati singkong. perlu 10 liter larutan cendawan Aspergillus atau 10% dari total bubur. Konsentrasi cendawan mencapai 100-juta sel/ml. Sebclum digunakan, Aspergilhis dikuhurkan pada bubur gaplek yang telah dimasak tadi agar adaptif dengan sifat kimia bubur gaplek. Cendawan berkembang biak dan bekerja mengurai pati





5.Dua jam kemudian, bubur gaplek berubah menjadi 2 lapisan: air dan endapan gula. Aduk kembali pati yang sudah menjadi gula itu, lalu masukkan ke dalam tangki fermentasi. Namun, sebelum difermentasi pastikan kadar gula larutan pati maksimal 17—18%. Itu adalah kadar gula maksimum yang disukai bakteri Saccharomyces unluk hidup dan bekerja mengurai gula menjadi alkohol. Jika kadar gula lebth tinggi, tambahkan air hingga mencapai kadar yang diinginkan. Bila sebaliknya, tambahkan larutan gula pasir agar mencapai kadar gula maksimum.

6 Tutup rapat tangki fermentasi untuk mencegah kontaminasi dan Saccharomyces bekerja mengurai glukosa lebih optimal. Fermentasi berlangsung anaerob alias tidak membutuhkan oksigen. Agar fermentasi optimal, jaga suhu pada 28—32"C dan pH 4,5—5,5.


7. Setelah 2—3 hari, larutan pati berubah menjadi 3 lapisan. Lapisan terbawah berupa endapan protein. Di atasnya air, dan etanol. Hasil fermentasi itu disebut bir yang mengandung 6—12% etanol




8.Sedot larutan etanol dengan selang plastik melalui kertas saring berukuran 1 mikron untuk menyaring endapan protein.


9. Meski telah disaring, etanol masih bercampurair. Untuk memisahkannya, lakukan destilasi atau penyulingan. Panaskan campuran air dan etanol pada suhu 78"C atau setara titik didih etanol. Pada suhu itu etanol lebih dulu menguap ketimbang air yang bertitik didih 100°C. Uap etanol dialirkan melalui pipa yang terendam air sehingga terkondensasi dan kembali menjadi etanol cair.





10 Hasil penyulingan berupa 95% etanol dan tidak dapat larut dalam bensin. Agar larul, diperlukan etanol berkadar 99% atau disebut etanol kering. Oleh sebab itu, perlu destilasi absorbent. Etanol 95% itu dipanaskan 100"C. Pada suhu ilu, etanol dan air menguap. Uap keduanya kemudian dilewatkan ke dalam pipa yang dindingnya berlapis zeolit atau pati. Zeolit akan menyerap kadar air tersisa hingga diperoleh etanol 99% yang siap dieampur denganbensin. Sepuluh liter etanol 99%, membutuhkan 120— 130 lifer bir yang dihasilkan dari 25 kg gaplek .



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

MAHASISWA STAIN DEMO REKTOR

Rabu (8/2/2012), puluhan mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Ponorogo mengelar demo di kampusnya. Demo sempat ricuh lantaran mahasiswa memaksa masuk kantor rektorat. Mereka terlibat aksi saling dorong dengan petugas keamanan kampus, hingga memecahkan kaca pintu ruang rektorat. Kericuhan tersebut dipicu oleh pihak rektorat yang tidak mau menemui mahasiswa yang telah melakukan orasi lebih dari satu jam.
Syah Muhamad, Korlap aksi mengatakan, dalam ketentuan kampus setiap UKM akan mendapat uang pembinaan dari kampus sebesar Rp 1 juta setiap semester. Namun kenyataannya sejak beberapa semester terakhir ini, uang tersebut tidak kunjung cair.
“Uang pembinaan UKM itu kan hak mahasiswa tapi nyatanya hingga saat ini uang tersebut tidak juga diberikan. Karena itu kami mendesar transparansi kemana uang kami itu dan uang tersebut harus segera di cairkan,” ujarnya.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa juga mengumpulkan uang koin dan menyerahkannyan ke pihak rektorat, hal tersebut sebagai simbol miskinnya rektorat kampus yang tidak bisa memberikan uang yang menjadi hak dari mahasiswa.
Keribuatan tersebut akhirnya bisa diredam setelah Maryam Yusuf, Kepala STAIN Ponorogo, keluar dan berdialog dengan mahasiswa. “Dana tersebut memang masih belum bisa dicairkan saat ini. Tapi segera akan dicairkan,” ujarnya

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS